Jagad Nurani Melepas*
© b!, 2008
Cakrawala Pustaka
Huruf D
Melangit tanpa tepi
Siang malam merajuk meluka
Dukanya tiada bertepi
Ranting-ranting patah tersambar
Jatuh, jatuh, jatuhlah semua
Yang di atas pasti ke bawah
Bangkitlah
Yang tertidur pasti bakal tegak berdiri
Nuraninya tercabik-cabik
Darah (mem)beku
Hangat surya pun tak mampu
Perihmu meradang
Ia menunggu, menemukan
Akar yang mau menopang
Luka tak ingin berulang
Demi surga dengan nikmat tak berujung
Satu
Kaki-kaki berderap
Langkah-langkahnya penuh keyakinan
Nyiur melambai-lambai
Sejuk, meradang, jiwa
Tukang kayu bertalu-talu
Pohon, bunga berkembang tak ingin melayu
Seikat kuntum berhias rapi
Vas siap diisi
Titik-titik, tetes-tetesnya
Sudah coba melalu
Tunas mulai tumbuh
Menjadi baru, segar
Ia tegap, busungkan dada
Melangkah pasti
Dalam b!
Selaksa makna kabut menoreh
Tinta mengabur, melebur kertas
Guratan tangan mengikir batang pohon
Namanya terpahat
Badai tampak mencekam
Awan hitam di bawah awan putih, gelap... pekat
Menerkam, melaju, cepat, terhantam
Meledak!
Apakah, mereka bertanya saling
Entah
.......................................................
Dunia seakan berduka
Telah hilang satu nyawa
Dalam sebuah tabrak lari
Pelaku: pengkhianatNya
Cuma Omong Kosong
Tak takut, tapi terluka
Dasar tak berhati lelaki itu
Buat duka wajah nan elok
Goresan lukisan
Omong kosong ucapannya
Hah, hanya bujuk merayu, nol, ompong
Dukanya tak lekang, terngiang-ngiang
Pelaku: tersangka cinta?
Tak. Tak layak sebutan itu. Layak: terdakwa jiwa
Dosa yang sukar terusap, hanya
Hai, tersangka jiwa
Mohonlah, merataplah, bersimpuhlah
KepadaNya
Semoga dosa-dosamu diampuni wajah nan elok
Tak takut, tapi terluka
Dasar tak berhati lelaki itu
Buat duka wajah nan elok
Goresan lukisan
Pelangi
Warna-warni
Gerimis reda
Kilat lenyap
Angin menyayat, beku
Indah
Hitam di raya jalan berpijak
Elok di atas
Bercacing hati manusia yang tak...
Kucing pulas
Burung hantu bekerjap-kerjap
...............................
Sepi (dalam) sekejap sekedip mata
Kok?
Hilang
Lenyap
Kosong
Warna-warni
Sayang
Tak ada yang menikmatimu
Jalang
Matanya nyalang, hatinya kesal, merangkak
Tergenggam pisau di tangan
Perempuan di perempatan
Menatap
Pisau terhunus, telah
Pucat perempuan
Sunyi sekitar
Perempuan, satu pilihan
Pisau dimain-mainkan, menggoda
Diasah-asah di telapak tangan
Lintang pukang perempuan
Satu-satunya jalan keluar
Tak berharapan
Mengejar
Berteriak
Langkah-langkah (suara) mereka (berdua) membelah malam
Korban telah jatuh:
Perkosaan diakhiri pembunuhan
Dimuat: Koran Pagi, Depok, 27 Maret 2001
* Kumpulan puisi ini semula diberi judul Lagu-lagu di Bulan
** Masih sedang dalam tahap penulisan
Cakrawala Pustaka
Huruf D
Melangit tanpa tepi
Siang malam merajuk meluka
Dukanya tiada bertepi
Ranting-ranting patah tersambar
Jatuh, jatuh, jatuhlah semua
Yang di atas pasti ke bawah
Bangkitlah
Yang tertidur pasti bakal tegak berdiri
Nuraninya tercabik-cabik
Darah (mem)beku
Hangat surya pun tak mampu
Perihmu meradang
Ia menunggu, menemukan
Akar yang mau menopang
Luka tak ingin berulang
Demi surga dengan nikmat tak berujung
Satu
Kaki-kaki berderap
Langkah-langkahnya penuh keyakinan
Nyiur melambai-lambai
Sejuk, meradang, jiwa
Tukang kayu bertalu-talu
Pohon, bunga berkembang tak ingin melayu
Seikat kuntum berhias rapi
Vas siap diisi
Titik-titik, tetes-tetesnya
Sudah coba melalu
Tunas mulai tumbuh
Menjadi baru, segar
Ia tegap, busungkan dada
Melangkah pasti
Dalam b!
Selaksa makna kabut menoreh
Tinta mengabur, melebur kertas
Guratan tangan mengikir batang pohon
Namanya terpahat
Badai tampak mencekam
Awan hitam di bawah awan putih, gelap... pekat
Menerkam, melaju, cepat, terhantam
Meledak!
Apakah, mereka bertanya saling
Entah
.......................................................
Dunia seakan berduka
Telah hilang satu nyawa
Dalam sebuah tabrak lari
Pelaku: pengkhianatNya
Cuma Omong Kosong
Tak takut, tapi terluka
Dasar tak berhati lelaki itu
Buat duka wajah nan elok
Goresan lukisan
Omong kosong ucapannya
Hah, hanya bujuk merayu, nol, ompong
Dukanya tak lekang, terngiang-ngiang
Pelaku: tersangka cinta?
Tak. Tak layak sebutan itu. Layak: terdakwa jiwa
Dosa yang sukar terusap, hanya
Hai, tersangka jiwa
Mohonlah, merataplah, bersimpuhlah
KepadaNya
Semoga dosa-dosamu diampuni wajah nan elok
Tak takut, tapi terluka
Dasar tak berhati lelaki itu
Buat duka wajah nan elok
Goresan lukisan
Pelangi
Warna-warni
Gerimis reda
Kilat lenyap
Angin menyayat, beku
Indah
Hitam di raya jalan berpijak
Elok di atas
Bercacing hati manusia yang tak...
Kucing pulas
Burung hantu bekerjap-kerjap
...............................
Sepi (dalam) sekejap sekedip mata
Kok?
Hilang
Lenyap
Kosong
Warna-warni
Sayang
Tak ada yang menikmatimu
Jalang
Matanya nyalang, hatinya kesal, merangkak
Tergenggam pisau di tangan
Perempuan di perempatan
Menatap
Pisau terhunus, telah
Pucat perempuan
Sunyi sekitar
Perempuan, satu pilihan
Pisau dimain-mainkan, menggoda
Diasah-asah di telapak tangan
Lintang pukang perempuan
Satu-satunya jalan keluar
Tak berharapan
Mengejar
Berteriak
Langkah-langkah (suara) mereka (berdua) membelah malam
Korban telah jatuh:
Perkosaan diakhiri pembunuhan
Dimuat: Koran Pagi, Depok, 27 Maret 2001
* Kumpulan puisi ini semula diberi judul Lagu-lagu di Bulan
** Masih sedang dalam tahap penulisan
Komentar