PERGERI gelar seminar demensia
Bahar D. Dirgantara*
RS HERMINA, 27/5/2009—Perhimpunan Gerontologi Indonesia (PERGERI) cabang Kota Depok menggelar Seminar Demensia (Kepikunan) pada Lansia di RS Hermina, Kelurahan Depok, Pancoran Mas, kemarin.
Dalam seminar tersebut, Dr. Hardhi Pranata, Sp.S, MARS bahwa banyak orang mengatakan semakin tua orang semakin matanglah dia. “Tetapi sapai berapakah orang dikatakan matang, atau mungkin kelewat matang. Sebab sesuatu yang berlebihan tentu akan membawa dampak tertentu,” jelasnya.
Menurutnya, menua itu merupakan proses alami , namun laju dan dampaknya berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya. “Salah satu yang sering dijumpai ialah menurunnya daya ingat tau kecerdasan, yang lebih dikenal dengan nama pikun atau demensia,” katanya.
Istilah pikun telah dikenal sejak lama dalam percakapan sehari-hari sering mucul ada istilah yang bersifat egatif atau ejekan. “Semoga dengan mengenal pikun kita tidak ikut-ikutan terjerumus ke dalam pikun, tetapi justru dapat menhindari atau mencegahnya,” tutur Hardhi.
Pikun ada dua. Pikun yang sulit untuk disembuhkan adalah alzeimer yang ditemukan oleh Dr. Alois Alzeimer tahun 1906 saat mengamati seorang pria 51 tahun yang makin lama daya ingatnya menurun hingga lupa segalanya.
Sedangkan pikun yang dapat diobati salah satunya tumor otak. Terutama di bagian depan atau sisi kiri otak. Keluhan utama adalah gangguan daya ingat dan kecerdasan. Bila tumor semakin luas, penderita tidak dapat mengerti pembicaraan maupun mengekspresikan isi pikirannya lewat kata-kata.
Untuk pemeriksaan demensia pada lansia, Dr. Diah Herawati, Sp.S menyebutkan memori atau pengetahuan dasar individu dapat terpelihara sepanjang usia. “Namun pemasukan informasi dapat menurun. Kemampuan memori pada usia 75 tahun menurun 25%,” terangnya.
Sedangkan pemeriksaan bahasa pada usia menua lebih baik kondisinya. “Tetapi faktor sensoris seperti pendengaran yang berkurang dapat menyebabkan gangguan kelancaran berbahasa,” paparnya.
Pemeriksaan atas pengidap demensia ini agar dilakukan persiapan terlebih dahulu. “Evaluasi kesiapan terhadap responden (pasien) terhadap pemeriksaan dengan memberi tahu tujuan dan jenis pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dirahasiakan demi menjaga perasaan pasien selama pemeriksaan jika digunakan sebagai penelitian,” tutur Diah
* Wartawan, tinggal di Depok
RS HERMINA, 27/5/2009—Perhimpunan Gerontologi Indonesia (PERGERI) cabang Kota Depok menggelar Seminar Demensia (Kepikunan) pada Lansia di RS Hermina, Kelurahan Depok, Pancoran Mas, kemarin.
Dalam seminar tersebut, Dr. Hardhi Pranata, Sp.S, MARS bahwa banyak orang mengatakan semakin tua orang semakin matanglah dia. “Tetapi sapai berapakah orang dikatakan matang, atau mungkin kelewat matang. Sebab sesuatu yang berlebihan tentu akan membawa dampak tertentu,” jelasnya.
Menurutnya, menua itu merupakan proses alami , namun laju dan dampaknya berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya. “Salah satu yang sering dijumpai ialah menurunnya daya ingat tau kecerdasan, yang lebih dikenal dengan nama pikun atau demensia,” katanya.
Istilah pikun telah dikenal sejak lama dalam percakapan sehari-hari sering mucul ada istilah yang bersifat egatif atau ejekan. “Semoga dengan mengenal pikun kita tidak ikut-ikutan terjerumus ke dalam pikun, tetapi justru dapat menhindari atau mencegahnya,” tutur Hardhi.
Pikun ada dua. Pikun yang sulit untuk disembuhkan adalah alzeimer yang ditemukan oleh Dr. Alois Alzeimer tahun 1906 saat mengamati seorang pria 51 tahun yang makin lama daya ingatnya menurun hingga lupa segalanya.
Sedangkan pikun yang dapat diobati salah satunya tumor otak. Terutama di bagian depan atau sisi kiri otak. Keluhan utama adalah gangguan daya ingat dan kecerdasan. Bila tumor semakin luas, penderita tidak dapat mengerti pembicaraan maupun mengekspresikan isi pikirannya lewat kata-kata.
Untuk pemeriksaan demensia pada lansia, Dr. Diah Herawati, Sp.S menyebutkan memori atau pengetahuan dasar individu dapat terpelihara sepanjang usia. “Namun pemasukan informasi dapat menurun. Kemampuan memori pada usia 75 tahun menurun 25%,” terangnya.
Sedangkan pemeriksaan bahasa pada usia menua lebih baik kondisinya. “Tetapi faktor sensoris seperti pendengaran yang berkurang dapat menyebabkan gangguan kelancaran berbahasa,” paparnya.
Pemeriksaan atas pengidap demensia ini agar dilakukan persiapan terlebih dahulu. “Evaluasi kesiapan terhadap responden (pasien) terhadap pemeriksaan dengan memberi tahu tujuan dan jenis pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dirahasiakan demi menjaga perasaan pasien selama pemeriksaan jika digunakan sebagai penelitian,” tutur Diah
* Wartawan, tinggal di Depok
Komentar