Selamat tinggal Melvin
Depok Berkabung (2/2)
Warga Depok korban Hercules tiba
Dimakamkan dengan upacara militer
Bahar D. Dirgantara*
DEPOK JAYA, 22/5/2009—Sekitar pukul 9:00 di rumah duka Mayor Lek (Elektro) Melvin bin H. Ardjulis, ST, Jl Pipit II No. 138, Depok Jaya, Pancoran Mas, telah berkumpul sanak keluarga dan tetangga korban, juga dari Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI Angkatan Udara (AU) Halim Perdanakusuma telah berada di sana. Sementara pemakaman Melvin bakal dilaksanakan dengan upacara militer.
Melvin merupakan salah satu korban jatuhnya Pesawat Hercules jenis pesawat angkut C-130 Hercules Alpha 1325 yang jatuh di Kabupaten Magetan, Madiun, Jawa Timur, Rabu (20/5/2009).
Keluarga Melvin menunggu dengan penuh rasa cemas atas kedatangan jenazah. Paman korban, Herman Marzuki mengatakan, “Ada dua kemungkinan kapan (Alm) Melvin dimakamkan. Bila waktu mencukupi akan segera kami makamkan sebelum shalat Jum’at. Namun jika waktu tak memungkinkan segera dimakamkan maka kami keluarga akan melaksanakannya setelah Jum’atan,” terangnya
Menurut keterangan sumber dari Angkatan Udara, jenazahnya baru berangkat dari Madiun sekitar pukul 8:20 dan baru akan tiba di rumah duka 2 jam berikutnya.
Sedangkan di lokasi warga sekitar sudah mulai banyak berkumpul di pinggir jalan raya depan rumah duka, di mana Melvin akan disemayamkan. Ketika jam menunjukkan pukul 9:00 melalui pengumuman, jenazah Melvin telah tiba di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Mendengar pengumuman tersebut, sontak Kohanudnas mengadakan persiapan sebelum jenazah tiba di lokasi.
Jenazah tiba
Saat jam menunjukkan pukul 10:19, di kejauhan motor besar pengawal jenazah nampak terlihat. Iring-iringan yang mendampingi mobil jenazah Melvin mulai mendekat. Istri Melvin, Desi Indriyani dan Jasmine (anaknya), nampak duduk di kursi depan mobil jenazah suaminya dari Halim. Saat mobil itu berhenti, peti jenazah pun diangkat oleh 6 perwira dari TNI AU menuju rumah duka.
Ketika jasad Melvin memasuki rumah duka, terdengar derai tangis dan histeris keluarga korban. Ini membuat kita yang mendengarkannya, turut merasakan kesedihan yang mereka rasakan atas kepergian pria kelahiran Padang, 8 Nopember 1971 yang telah dikaruniai serang putri itu.
Ibunda Melvin, Aisyah, terlihat tak hentinya mengeluarkan air mata. Sedangkan ayahnya, H. Ardjulis, nampak dibantu berdiri saat akan mendekati peti jenazah anaknya yang baru sampai itu. Tak ketinggalan sang isteri beberapa kali memandangi foto suaminya yang telah tiada.
Desi di sela-sela banyak orang memberikan ucapan duka pada dirinya dan keluarganya menyempatkan diri untuk diwawancara.
“Saya ke TKP (tempat kejadian perkara) jatuhnya pesawat di Madiun, ada mobil ambulans keluar. Saya pikir almarhum (suami saya), ternyata bukan jenazah seorang wanita,” katanya.
Ia pun meminta supaya evakuasi tetap dilakukan karena jenazah Melvin masih belum dievakuasi. “Karena suami saya tertimpa patahan pesawat dari pinggang ke bawah dengan ketebalan sampai 2,5 meter. Alat yang digunakan untuk evakuasi sempat mengalami masalah, saat memotong patahan sayap itu. Sehingga mencari bantuan alat dari Basarnas (Badan SAR Nasional) setempat,” tuturnya.
Menurut keterangan Desi, Melvin tidak langsung tanah. “Almarhum ada di puing-puing. Ciri khususnya adalah pernah operasi appendix, usus buntu.
Selain itu juga, tambahnya, keluarga sempat kirimkan ijazah yang ada cap jempol dan e-mail foto yang kelihatan gigi, tapi ternyata tak dibutuhkan. “Karena saya mampu mengenali suami saya sebab dibahunya masih utuh tanda pangkatnya dan kesatuan. KTA (Kartu Tanda Anggota) pun juga di card pack dalam dompetnya.”
Pemerintah harus perhatian
Desi ikhlas dengan apa yang menimpa suaminya. Namum bila kecelakaan Hercules terjadi karena soal teknis sebagai pemicu utama seharusnya pemerintah lebih memperhatikannya.
“Presiden (SBY) memang pernah mengatakan kekurangan anggaran alusista (alat utama sistem senjata), tapi bila itu pemicu utama beberapa waktu terakhir kecelakaan yang menimpa penerbangan kita. Karena ini juga tidak hanya menimpa militer, tapi juga penerbangan komersil,” jelasnya.
Harusnya, saran Desi, menjadi prioritas dari penyelenggara negara untuk sistem penerbangan kita.
“Saya bukan ahlinya dalam bidang (penerbangan) ini, tapi penyelenggara negara, seperti pemerintah dan DPR yang membuat anggaran untuk dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini. Jangan lagi terjadi banyak korban, anak-anak lagi (menjadi) yatim dan piatu... (termasuk Jasmine, anak Desi dan Alm. Melvin),” ujarnya terputus sambil terisak saat memandangi peti jenazah suaminya.
Upacara pemakaman
Pemakaman Melvin dilakukan upacara militer di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, usai dishalatkan di Masjid Jami’ Darul Mutaqin dekat rumah duka sekitar pukul 12:30.
Upacara tersebut dipimpin oleh inspektur upacara Kolonel Lek Amiruddin Latif, jabatan Asisten Komlek (Komando Elektro) Kosek (Komando Sektor) IV Biak, Papua, yang dimulai sekitar pukul 13:45.
“Semoga jalan darma bakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri tauladan kita semua dan arwahnya diterima di tempat yang semestinya di alam baka,” kata Kolonel dalam upacara yang disebut Apel Persada.
Ia juga menyampaikan bahwa musibah ini mengejutkan dan menyedihkan. “Tapi Tuhan menghendaki demikian, kita harus menerima dengan ikhlas. Walau demikian, tentu tak luput dari rasa duka atas kepergian almarhum. Semoga keluarga diberikan ketabahan dan bimbuingan Tuhan.”
Dalam upacara tersebut Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU Para Komando 461 melakukan tembakan ke udara yang disebut salvo yang merupakan salah satu rangkaian upacara pemakaman militer.
Suasana upacara pemakaman juga diselimuti haru oleh hadirin yang datang. Usai upacara seorang perempuan yang ikut hadir jatuh lemas karena panasnya sengatan matahari.
Mayor Lek Melvin, NRP 524248, jabatan terakhir Kasie Operasi Kosek TNI AU IV Biak, Papua. Meninggal dunia demi kepentingan negara dan keluhuran negara pada tanggal 20 Mei 2009 karena dinas. Ia memiliki bintang jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun.
* Penulis Blog Managing Editor
Sebelumnya...
Melvin belum teridentifikasi
Warga Depok korban Hercules tiba
Dimakamkan dengan upacara militer
Bahar D. Dirgantara*
DEPOK JAYA, 22/5/2009—Sekitar pukul 9:00 di rumah duka Mayor Lek (Elektro) Melvin bin H. Ardjulis, ST, Jl Pipit II No. 138, Depok Jaya, Pancoran Mas, telah berkumpul sanak keluarga dan tetangga korban, juga dari Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI Angkatan Udara (AU) Halim Perdanakusuma telah berada di sana. Sementara pemakaman Melvin bakal dilaksanakan dengan upacara militer.
Melvin merupakan salah satu korban jatuhnya Pesawat Hercules jenis pesawat angkut C-130 Hercules Alpha 1325 yang jatuh di Kabupaten Magetan, Madiun, Jawa Timur, Rabu (20/5/2009).
Keluarga Melvin menunggu dengan penuh rasa cemas atas kedatangan jenazah. Paman korban, Herman Marzuki mengatakan, “Ada dua kemungkinan kapan (Alm) Melvin dimakamkan. Bila waktu mencukupi akan segera kami makamkan sebelum shalat Jum’at. Namun jika waktu tak memungkinkan segera dimakamkan maka kami keluarga akan melaksanakannya setelah Jum’atan,” terangnya
Menurut keterangan sumber dari Angkatan Udara, jenazahnya baru berangkat dari Madiun sekitar pukul 8:20 dan baru akan tiba di rumah duka 2 jam berikutnya.
Sedangkan di lokasi warga sekitar sudah mulai banyak berkumpul di pinggir jalan raya depan rumah duka, di mana Melvin akan disemayamkan. Ketika jam menunjukkan pukul 9:00 melalui pengumuman, jenazah Melvin telah tiba di Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Mendengar pengumuman tersebut, sontak Kohanudnas mengadakan persiapan sebelum jenazah tiba di lokasi.
Jenazah tiba
Saat jam menunjukkan pukul 10:19, di kejauhan motor besar pengawal jenazah nampak terlihat. Iring-iringan yang mendampingi mobil jenazah Melvin mulai mendekat. Istri Melvin, Desi Indriyani dan Jasmine (anaknya), nampak duduk di kursi depan mobil jenazah suaminya dari Halim. Saat mobil itu berhenti, peti jenazah pun diangkat oleh 6 perwira dari TNI AU menuju rumah duka.
Ketika jasad Melvin memasuki rumah duka, terdengar derai tangis dan histeris keluarga korban. Ini membuat kita yang mendengarkannya, turut merasakan kesedihan yang mereka rasakan atas kepergian pria kelahiran Padang, 8 Nopember 1971 yang telah dikaruniai serang putri itu.
Ibunda Melvin, Aisyah, terlihat tak hentinya mengeluarkan air mata. Sedangkan ayahnya, H. Ardjulis, nampak dibantu berdiri saat akan mendekati peti jenazah anaknya yang baru sampai itu. Tak ketinggalan sang isteri beberapa kali memandangi foto suaminya yang telah tiada.
Desi di sela-sela banyak orang memberikan ucapan duka pada dirinya dan keluarganya menyempatkan diri untuk diwawancara.
“Saya ke TKP (tempat kejadian perkara) jatuhnya pesawat di Madiun, ada mobil ambulans keluar. Saya pikir almarhum (suami saya), ternyata bukan jenazah seorang wanita,” katanya.
Ia pun meminta supaya evakuasi tetap dilakukan karena jenazah Melvin masih belum dievakuasi. “Karena suami saya tertimpa patahan pesawat dari pinggang ke bawah dengan ketebalan sampai 2,5 meter. Alat yang digunakan untuk evakuasi sempat mengalami masalah, saat memotong patahan sayap itu. Sehingga mencari bantuan alat dari Basarnas (Badan SAR Nasional) setempat,” tuturnya.
Menurut keterangan Desi, Melvin tidak langsung tanah. “Almarhum ada di puing-puing. Ciri khususnya adalah pernah operasi appendix, usus buntu.
Selain itu juga, tambahnya, keluarga sempat kirimkan ijazah yang ada cap jempol dan e-mail foto yang kelihatan gigi, tapi ternyata tak dibutuhkan. “Karena saya mampu mengenali suami saya sebab dibahunya masih utuh tanda pangkatnya dan kesatuan. KTA (Kartu Tanda Anggota) pun juga di card pack dalam dompetnya.”
Pemerintah harus perhatian
Desi ikhlas dengan apa yang menimpa suaminya. Namum bila kecelakaan Hercules terjadi karena soal teknis sebagai pemicu utama seharusnya pemerintah lebih memperhatikannya.
“Presiden (SBY) memang pernah mengatakan kekurangan anggaran alusista (alat utama sistem senjata), tapi bila itu pemicu utama beberapa waktu terakhir kecelakaan yang menimpa penerbangan kita. Karena ini juga tidak hanya menimpa militer, tapi juga penerbangan komersil,” jelasnya.
Harusnya, saran Desi, menjadi prioritas dari penyelenggara negara untuk sistem penerbangan kita.
“Saya bukan ahlinya dalam bidang (penerbangan) ini, tapi penyelenggara negara, seperti pemerintah dan DPR yang membuat anggaran untuk dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini. Jangan lagi terjadi banyak korban, anak-anak lagi (menjadi) yatim dan piatu... (termasuk Jasmine, anak Desi dan Alm. Melvin),” ujarnya terputus sambil terisak saat memandangi peti jenazah suaminya.
Upacara pemakaman
Pemakaman Melvin dilakukan upacara militer di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, usai dishalatkan di Masjid Jami’ Darul Mutaqin dekat rumah duka sekitar pukul 12:30.
Upacara tersebut dipimpin oleh inspektur upacara Kolonel Lek Amiruddin Latif, jabatan Asisten Komlek (Komando Elektro) Kosek (Komando Sektor) IV Biak, Papua, yang dimulai sekitar pukul 13:45.
“Semoga jalan darma bakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri tauladan kita semua dan arwahnya diterima di tempat yang semestinya di alam baka,” kata Kolonel dalam upacara yang disebut Apel Persada.
Ia juga menyampaikan bahwa musibah ini mengejutkan dan menyedihkan. “Tapi Tuhan menghendaki demikian, kita harus menerima dengan ikhlas. Walau demikian, tentu tak luput dari rasa duka atas kepergian almarhum. Semoga keluarga diberikan ketabahan dan bimbuingan Tuhan.”
Dalam upacara tersebut Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU Para Komando 461 melakukan tembakan ke udara yang disebut salvo yang merupakan salah satu rangkaian upacara pemakaman militer.
Suasana upacara pemakaman juga diselimuti haru oleh hadirin yang datang. Usai upacara seorang perempuan yang ikut hadir jatuh lemas karena panasnya sengatan matahari.
Mayor Lek Melvin, NRP 524248, jabatan terakhir Kasie Operasi Kosek TNI AU IV Biak, Papua. Meninggal dunia demi kepentingan negara dan keluhuran negara pada tanggal 20 Mei 2009 karena dinas. Ia memiliki bintang jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun.
* Penulis Blog Managing Editor
Sebelumnya...
Melvin belum teridentifikasi
Komentar