Mbah Surip, Sang Fenomenal
Bahar D. Dirgantara*
DEPOK, 5/8/2009—Kematian Mbah Surip, Sang Fenomenal, Selasa (4/8/2009) sungguh mengejutkan blantika musik Indonesia. Di tengah populernya lagu Tak Gendong yang banyak diperdengarkan di berbagai media elektronik dari radio, televisi hingga nada panggil justru Sang Khalik memanggilnya.
Menurut Tonny Q, sahabat dan musisi reggae, kemunculan Mbah Surip seperti membawa angin segar bagi dunia musik Indonesia.
“Lagu Mbah Surip hadir di tengah-tengah budaya musik pop yang demikian menjamur di Indonesia. Kemunculannya juga tepat, karena lagu yang dibawakannya mucul di tengah kejemuan masyarakat terhadap musik yang selama ini mereka dengar,” katanya.
Sedangkan Yuni dari Surabaya Community mengatakan Mbah Surip itu memiliki kepribadian yang menarik.
“Mbah Surip itu menarik. Sekitar 5 tahun lalu ia sudah terlibat di Surabaya Community, di mana saat itu kami sering berkumpul di Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta. Ia juga mengatakan di saat pertemuan kita di TIM ini bahwa setiap di Surabaya Community, ia akan selalu membawakan lagu Tak Gendong,” katanya.
Sementara, Rizal, juga dari Surabaya Cummunity mengatakan semboyan komunitas ini Seduluran Sampe Mate (baca: Persaudaraan Sampai Mati).
“Sejak didirikan, Surabaya Community memiliki semboyan Seduluran Sampe Mate dan Mbah Surip ini merupakan anggota kami yang seperti itu,” terangnya.
‘Menjiplak’
Sedangkan mengenai lagu Mbah Surip, Tak Gendong yang dinilai menjiplak lagu Billy Vaugh yang meninggal dunia tahun 1991, berjudul Rauchy (rilis 1957), Tonny Q mengomentari hal tersebut.
“Saya tidak membela atau membenarkan, paling tidak dari sebuah perjalanan Mbah Surip, ia pasti banyak mendengar banyak lagu. Kita juga nggak tahu sebanyak apa koleksi kasetnya saat ia muda. Lagi pula hanya beberapa saja not yang mirip dengan lagu Rauchy dan itu tak bisa dikatakan menjiplak. Apalagi kunci nada musik, kan, terbatas. Kemiripannya hanya pengulangan dan bukan semua notasin,” jelasnya.
Sementara Adit, Produser Musik dari Falcon Record, yang mengorbitkan Mbah Surip tidak mengetahui apakah lagu Tak Gendong menjiplak atau tidak.
“Kami sebenarnya tidak mengetahui lagu tersebut (baca: Tak Gendong) menjiplak dari mana. Yang jelas lagu tersebut pertama kali saya dengar adalah sebuah lagu jenaka, lagu reggae yang liriknya sangat komunikatif. Dari tempo berbeda karena lagu itu (baca: Rauchy) cepat, sedangkan Tak Gendong lagu reggae. Memang ada kemiripan (dari birama),” tuturnya.
Royalti
Mengenai seberapa banyak kekayaan Mbah Surip, Tonny Q mencoba menjelaskan.
“Dua hari sebelum meninggal saat ketemu kita sempat ngobrol di Bulungan (Jakarta Selatan). Saya juga bercanda tanya hal itu (kekayaannya) dan dia menjawab juga sambil bercanda bahwa nanti bila ada uangnya nanti ia akan belikan helikopter satu-satu buat temen-temen. Dari situ sebenarnya saya sudah tahu. Ia ada curhat juga bahwa sebenarnya hidup punya duit dan tidak menurutnya sama saja,” kisahnya.
Adit, sang produser juga berkomentar mengenai berapa perkiraan royalti penyanyi fenomenal tersebut.
“Yang perlu saya klarifikasi dari RBT (ring back tone) adalah dari beberapa provider, Mbah Surip ada di peringkat pertama dengan jumlah 70.000, terus dari provider lain 60.000.kita akumulasi sekitar ratusan ribu, bisa saja 1 juta. Bila dari 8 provider, masing-masing 70.000 hingga 100.000 pelanggan RBT maka hanya sejumlah 800.000,” katanya berasumsi.
Sehingga jika diasumsikan satu RBT royaltinya Rp 1.000 maka yang Mbah Surip dapat hanya sekitar Rp 800 juta, tidak sampai angka miliar. ”Jadi angka tersebut dapat dari mana, datanya hingga miliaran rupiah, apalagi setiap hari terus bertambah,” katanya.
Proyek
Mengenai rencana proyek untuk Mbah Surip adalah membuat video klip. “Kami sebenarnya berencana besok (Kamis, 6/8/2009) akan membuat video klip Bangun Tidur, tapi batal. Karena Mbah Surip sudah mendahului (baca: almarhum) kita pikirkan lagi langkah ke depannya,” kata Adit.
Selain itu, tambahnya, Mbah Surip juga akan dibuatkan filmnya. “Kita juga sudah berbicara dengannya untuk membuat film. Untuk itu kita sudah siapkan anggarannya, begitu juga sutradaranya telah menyiapkan konsepnya. Namun lagi-lagi harus batal.”
Sedangkan untuk langkah ke depan mengenai apa yang menjadi hak Mbah Surip akan tetap dipikirkan dan diklarifikasikan (baca: hitung).
“Jadi langkah ke depan coba kita maksimalkan saja yang ada ini, semoga yang ditinggalkan Mbah Surip itu bisa mendapatkan manfaatnya. Itupun juga nanti akan kita klarifikasi dengan keluarganya supaya tidak ada input (persmasalahan) yang terlalu berlebihan. Kasian Mbah Surip-nya kalo gitu, dimana ia belum tahu berapa jumlahnya, namun diluaran sudah heboh,” ujarnya.
* Penulis wartawan, tinggal di Depok
Dirangkum dari Suara Anda, MetroTV (Rabu, 5/8/2009) dan disunting penulis.
DEPOK, 5/8/2009—Kematian Mbah Surip, Sang Fenomenal, Selasa (4/8/2009) sungguh mengejutkan blantika musik Indonesia. Di tengah populernya lagu Tak Gendong yang banyak diperdengarkan di berbagai media elektronik dari radio, televisi hingga nada panggil justru Sang Khalik memanggilnya.
Menurut Tonny Q, sahabat dan musisi reggae, kemunculan Mbah Surip seperti membawa angin segar bagi dunia musik Indonesia.
“Lagu Mbah Surip hadir di tengah-tengah budaya musik pop yang demikian menjamur di Indonesia. Kemunculannya juga tepat, karena lagu yang dibawakannya mucul di tengah kejemuan masyarakat terhadap musik yang selama ini mereka dengar,” katanya.
Sedangkan Yuni dari Surabaya Community mengatakan Mbah Surip itu memiliki kepribadian yang menarik.
“Mbah Surip itu menarik. Sekitar 5 tahun lalu ia sudah terlibat di Surabaya Community, di mana saat itu kami sering berkumpul di Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta. Ia juga mengatakan di saat pertemuan kita di TIM ini bahwa setiap di Surabaya Community, ia akan selalu membawakan lagu Tak Gendong,” katanya.
Sementara, Rizal, juga dari Surabaya Cummunity mengatakan semboyan komunitas ini Seduluran Sampe Mate (baca: Persaudaraan Sampai Mati).
“Sejak didirikan, Surabaya Community memiliki semboyan Seduluran Sampe Mate dan Mbah Surip ini merupakan anggota kami yang seperti itu,” terangnya.
‘Menjiplak’
Sedangkan mengenai lagu Mbah Surip, Tak Gendong yang dinilai menjiplak lagu Billy Vaugh yang meninggal dunia tahun 1991, berjudul Rauchy (rilis 1957), Tonny Q mengomentari hal tersebut.
“Saya tidak membela atau membenarkan, paling tidak dari sebuah perjalanan Mbah Surip, ia pasti banyak mendengar banyak lagu. Kita juga nggak tahu sebanyak apa koleksi kasetnya saat ia muda. Lagi pula hanya beberapa saja not yang mirip dengan lagu Rauchy dan itu tak bisa dikatakan menjiplak. Apalagi kunci nada musik, kan, terbatas. Kemiripannya hanya pengulangan dan bukan semua notasin,” jelasnya.
Sementara Adit, Produser Musik dari Falcon Record, yang mengorbitkan Mbah Surip tidak mengetahui apakah lagu Tak Gendong menjiplak atau tidak.
“Kami sebenarnya tidak mengetahui lagu tersebut (baca: Tak Gendong) menjiplak dari mana. Yang jelas lagu tersebut pertama kali saya dengar adalah sebuah lagu jenaka, lagu reggae yang liriknya sangat komunikatif. Dari tempo berbeda karena lagu itu (baca: Rauchy) cepat, sedangkan Tak Gendong lagu reggae. Memang ada kemiripan (dari birama),” tuturnya.
Royalti
Mengenai seberapa banyak kekayaan Mbah Surip, Tonny Q mencoba menjelaskan.
“Dua hari sebelum meninggal saat ketemu kita sempat ngobrol di Bulungan (Jakarta Selatan). Saya juga bercanda tanya hal itu (kekayaannya) dan dia menjawab juga sambil bercanda bahwa nanti bila ada uangnya nanti ia akan belikan helikopter satu-satu buat temen-temen. Dari situ sebenarnya saya sudah tahu. Ia ada curhat juga bahwa sebenarnya hidup punya duit dan tidak menurutnya sama saja,” kisahnya.
Adit, sang produser juga berkomentar mengenai berapa perkiraan royalti penyanyi fenomenal tersebut.
“Yang perlu saya klarifikasi dari RBT (ring back tone) adalah dari beberapa provider, Mbah Surip ada di peringkat pertama dengan jumlah 70.000, terus dari provider lain 60.000.kita akumulasi sekitar ratusan ribu, bisa saja 1 juta. Bila dari 8 provider, masing-masing 70.000 hingga 100.000 pelanggan RBT maka hanya sejumlah 800.000,” katanya berasumsi.
Sehingga jika diasumsikan satu RBT royaltinya Rp 1.000 maka yang Mbah Surip dapat hanya sekitar Rp 800 juta, tidak sampai angka miliar. ”Jadi angka tersebut dapat dari mana, datanya hingga miliaran rupiah, apalagi setiap hari terus bertambah,” katanya.
Proyek
Mengenai rencana proyek untuk Mbah Surip adalah membuat video klip. “Kami sebenarnya berencana besok (Kamis, 6/8/2009) akan membuat video klip Bangun Tidur, tapi batal. Karena Mbah Surip sudah mendahului (baca: almarhum) kita pikirkan lagi langkah ke depannya,” kata Adit.
Selain itu, tambahnya, Mbah Surip juga akan dibuatkan filmnya. “Kita juga sudah berbicara dengannya untuk membuat film. Untuk itu kita sudah siapkan anggarannya, begitu juga sutradaranya telah menyiapkan konsepnya. Namun lagi-lagi harus batal.”
Sedangkan untuk langkah ke depan mengenai apa yang menjadi hak Mbah Surip akan tetap dipikirkan dan diklarifikasikan (baca: hitung).
“Jadi langkah ke depan coba kita maksimalkan saja yang ada ini, semoga yang ditinggalkan Mbah Surip itu bisa mendapatkan manfaatnya. Itupun juga nanti akan kita klarifikasi dengan keluarganya supaya tidak ada input (persmasalahan) yang terlalu berlebihan. Kasian Mbah Surip-nya kalo gitu, dimana ia belum tahu berapa jumlahnya, namun diluaran sudah heboh,” ujarnya.
* Penulis wartawan, tinggal di Depok
Dirangkum dari Suara Anda, MetroTV (Rabu, 5/8/2009) dan disunting penulis.
Komentar